TEMANGGUNG - Aktivitas kegempaan Gunung Sindoro di perbatasan Kabupaten Temanggung dan Wonosobo, Jawa Tengah, yang tercatat di Pos Pengamatan Gunung Api Sindoro dan Sumbing, di Desa Gentingsari, Kecamatan Bansari, Temanggung, Minggu, meningkat cukup signifikan.
Berdasarkan pemantauan seismik, pada Sabtu (00.00-24.00 WIB) Gunung Sindoro mengalami gempa vulkanik dalam sembilan kali, vulkanik dangkal 21 kali, dan gempa hembusan 27 kali. Sedangkan pada Jumat (9/12) terjadi satu kali gempa tektonik jauh, lima kali hembusan, satu kali gempa vulkanik, dan muncul satu kali tremor atau uap air.
Meskipun mengalami peningkatan aktivitas kegempaan, hingga Minggu (11/12) status Gunung Sindoro masih waspada.
Menyinggung peningkatan aktivitas tersebut apakah terkait dengan gerhana bulan total pada Sabtu (10/12) malam, Kepala Sub Bidang Evaluasi Potensi Bencana Gunung Api, Badan Geologi, Agus Budianto, mengatakan selama ini fokus pemantauan gerakan dari dalam tubuh gunung
"Jadi bukan tidak ada pengaruhnya gravitasi bulan terhadap aktivitas Sindoro. Namun, kami tidak perhatikan pengaruh dari luar," katanya.
Agus mengatakan, saat ini petugas hanya fokus pada pemasangan alat pemantau untuk mengetahui gerakan dari dalam tubuh Gunung Sindoro saja, sedangkan pengaruh aktivitas gunung dari gerhana bulan bukan bagian yang harus dimonitoring.
"Kami hanya konsentrasi pantauan gerakan dari dalam. Kalau dari luar tidak kami monitoring. Namun itu bukan berarti bahwa gerhana bulan tidak mempengaruhi gerakan gunung," katanya.
Hingga saat ini petugas dari Badan Geologi masih menyelesaikan pemasangan sejumlah alat untuk memantau aktivitas vulkanik Gunung Sindoro.
Kepala Sub Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Wilayah Barat, Badan Geologi, Hendra Gunawan, menyebutkan, ada empat alat dipasang di Gunung Sindoro dan dua alat lain digunakan untuk pemantauan mobile.
Empat alat yang ditempatkan di lereng Gunung Sindoro adalah seismograf short period (tiga unit), seismograf broadband (dua unit), tiltmeter (satu unit), dan electronic distance measurement (EDM) dengan dua reflektor.
Sedangkan dua alat yang digunakan secara mobile adalah kamera inframerah (satu unit) dan mini differential optical absorption spectrometer atau DOAS (satu unit).
Hendra menjelaskan, seismograf short period dan seismograf broadband berfungsi untuk memantau aktivitas kegempaan. Tiltmeter dan EDM digunakan untuk mengukur deformasi gunung. Mini DOAS dan kamera inframerah masing-masing digunakan untuk mengukur tekanan uap panas dan anomali panas di kawasan puncak gunung.
Sumber : Waspada Online
Berdasarkan pemantauan seismik, pada Sabtu (00.00-24.00 WIB) Gunung Sindoro mengalami gempa vulkanik dalam sembilan kali, vulkanik dangkal 21 kali, dan gempa hembusan 27 kali. Sedangkan pada Jumat (9/12) terjadi satu kali gempa tektonik jauh, lima kali hembusan, satu kali gempa vulkanik, dan muncul satu kali tremor atau uap air.
Meskipun mengalami peningkatan aktivitas kegempaan, hingga Minggu (11/12) status Gunung Sindoro masih waspada.
Menyinggung peningkatan aktivitas tersebut apakah terkait dengan gerhana bulan total pada Sabtu (10/12) malam, Kepala Sub Bidang Evaluasi Potensi Bencana Gunung Api, Badan Geologi, Agus Budianto, mengatakan selama ini fokus pemantauan gerakan dari dalam tubuh gunung
"Jadi bukan tidak ada pengaruhnya gravitasi bulan terhadap aktivitas Sindoro. Namun, kami tidak perhatikan pengaruh dari luar," katanya.
Agus mengatakan, saat ini petugas hanya fokus pada pemasangan alat pemantau untuk mengetahui gerakan dari dalam tubuh Gunung Sindoro saja, sedangkan pengaruh aktivitas gunung dari gerhana bulan bukan bagian yang harus dimonitoring.
"Kami hanya konsentrasi pantauan gerakan dari dalam. Kalau dari luar tidak kami monitoring. Namun itu bukan berarti bahwa gerhana bulan tidak mempengaruhi gerakan gunung," katanya.
Hingga saat ini petugas dari Badan Geologi masih menyelesaikan pemasangan sejumlah alat untuk memantau aktivitas vulkanik Gunung Sindoro.
Kepala Sub Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Wilayah Barat, Badan Geologi, Hendra Gunawan, menyebutkan, ada empat alat dipasang di Gunung Sindoro dan dua alat lain digunakan untuk pemantauan mobile.
Empat alat yang ditempatkan di lereng Gunung Sindoro adalah seismograf short period (tiga unit), seismograf broadband (dua unit), tiltmeter (satu unit), dan electronic distance measurement (EDM) dengan dua reflektor.
Sedangkan dua alat yang digunakan secara mobile adalah kamera inframerah (satu unit) dan mini differential optical absorption spectrometer atau DOAS (satu unit).
Hendra menjelaskan, seismograf short period dan seismograf broadband berfungsi untuk memantau aktivitas kegempaan. Tiltmeter dan EDM digunakan untuk mengukur deformasi gunung. Mini DOAS dan kamera inframerah masing-masing digunakan untuk mengukur tekanan uap panas dan anomali panas di kawasan puncak gunung.
Sumber : Waspada Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar